Friday, 29 July 2016

Rasa Sayang Sajikan Tarian Erotis

Para purel berlarian saat kafe mereka digerebek.
SURABAYA (LA) – Di tengah polemik penutupan lokalisasi Dolly, Pemkot Surabaya kian rajin merazia tempat hiburan malam. Seperti terlihat Selasa (27/5) dinihari, dari tujuh kafe di wilayah Surabaya Timur, empat diantaranya ternyata tak memiliki izin hiburan atau Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) dari Dinas Pariwisata.

Salah satunya, kafe dangdut Garuda Rasa Sayang di Jalan Kapasari. Bahkan, di tempat hiburan ini petugas memergoki perempuan nyaris bugil yang melayani tarian erotis. Anehnya, Dinas Pariwista maupun Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, tidak menindak tegas. Ada apa dengan aparat penegak perda ini?

Selain tak memiliki izin, ada indikasi sejumlah tempat hiburan di Surabaya timur ini menyediakan purel di bawah umur. Data yang dihimpun di lapangan, keempat tempat hiburan yang tak bisa menunjukkan perizinan itu adalah Kafe Garuda (Rasa Sayang Grup) di Jalan Kapasari, Kafe Caesar Jalan Kapasan, Kafe Top One Jalan Kenjeran dan Cafe Zero juga di Jalan Kenjeran. Empat RHU (Rumah Hiburan Umum) itu tak mengantongi Ijin gangguan atau HO maupun TDUP dari Dinas Pariwisata.
Cafe Rasa Sayang yang digerebek.
Sementara pantauan di lapangan, razia yang melibatkan Satpol PP Kota Surabaya, Polrestabes dan Gartab III/Surabaya ini digelar Senin (26/5) malam pukul 22:00 hingga Selasa (27/5) dinihari. Petugas langsung menyisir tujuh kafe, yakni Garuda Rasa Sayang Jl Kapasari, Kafe Caisar Jl Kapasan, Kafe Gajah Mada Jl Simokerto, Top One Jl Kenjeran, Fun 25 Jl Ploso, Kafe Santuso Jl Kenjeran dan Kafe Makasar Jl Kapasari.

Kafe dangdut Garuda Rasa Sayang menjadi sasaran pertama. Petugas sempat mengalami kendala, karena pemilik maupun penanggungjawab tidak ada di tempat. Salah seorang karyawan meminta petugas untuk menunggu bosnya, karena masih dalam perjalan.

Namun, Petugas yang dipimpin Kasi Pengawasan Satpol PP Kota Surabaya Joko Wiyono ini tidak mau menunggu. Dua pleton personil ini lantas menuju ke tempat hiburan lain.

Stelah keenam kafe dirazia, petugas kembali ke Garuda Rasa Sayang untuk memeriksa kelengkapan perizinan. Lagi-lagi, petugas diminta menunggu bos Rasa Sayang datang. "Maaf bapak, untuk suratnya ada di atasan (bos Garuda Rasa Sayang), beliau ada masih di perjalanan. Silakan tunggu dulu mungkin 20 menit lagi datang," ucap supervisor yang enggan disebutkan namanya.
Petugas melakuan pendataan terhadap para tamu.
Petugas memberikan toleransi pada kafe milik Heri Kuncoro tersebut. Salah seorang petugas yang kesal dengan perlakukan manajemen kafe itu, memberi batas waktu 10 menit. Jika tak datang, petugas langsung mem-BAP. Ternyata 10 menit berlalu, pihak Garuda Rasa Sayang tak bisa menunjukan surat perizinan. Baik ijin HO dari Balai Lingkungan Hidup (BLH) maupun TDUP dari Dinas Pariwisata.

Aktivitas di kafe ini akhirnya dihentikan dan dilakukan BAP oleh tim RHU dari Satpol PP Kota Surabaya. "Dari tujuh tempat yang kami kunjungi, empat yang kita tutup sementara hingga perizinannya selesai," kata Joko Wiyono, Kepala Bidang Pengawasan Satpol PP Kota Surabaya.

Selain tak melengkapi perizinan, Kafe Garuda Sayang yang dirazia ini kepergok petugas sedang menyajikan pertunjukan sexy dancer kepada pengunjung di sebuah ruangan. Sayangnya pertunjukan tarian erotis spontan bubar ketia sejumlah awak media dan petugas sedang menuju ke sebuah hall yang selama ini dipakai sebagai lokasi pertunjukan. Tak lama kemudian 2 orang wanita berpakaian nyaris bugil itu terlihat sedang berlari meninggalkan ruangan.

Seorang anggota Gartap juga melihat aksi tarian erotis itu. Ia justru heran, kenapa pelanggaran ini tidak ditindak tegas. Begitu juga purel-purel dan pengunjung di sana. "Kenapa gak dilakukan yustisi, orang banyak yang kecil-kecil gini," cetus petugas yang meminta namanya tak disebut ini. “Tapi kami hanya ikut yang punya acara (Satpol PP), karena kami hanya back-up," lanjutnya.
Para tamu nampak asik menikmati miras.
Dia menambahkan saat pihaknya menyakan untuk razia yustisi, dari Satpol PP mengatakan razia kali ini hanya perizinan. Tidak ada yang lain. Ia lantas menceritakan soal tarian erotis itu. "Awalnya aku curiga ruangan yang tertutup rapat dengan musik begitu kencang. Saat saya buka ada tarian striptisnya," ceritanya.

Dia menggambarkan, saat dirinya membuka pintu terlihat empat penari berjoget mengirini lagu. Pakaian si penari sangat minim, hingga kelihatan bagian dada yang terbuka. "Bagian atasnya terbuka dan pakaian bawahnya Cuma ditutupi ala kadarnya," ungkap anggota militer ini. “Seandainya petugas melakukan yustisi dan masuk ke ruangan itu, pasti kita banyak menemukan pelanggaran dari kafe Garuda,” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Joko Wiyono tak ambil pusing. Ia mengatakan pihaknya tidak mau mengambil risiko bila harus melaksanakan dua tugas sekaligus, seperti memeriksa perizinan dan yustisi dalam waktu bersamaan. "Jika itu dilakukan seligus itu risiko. Mereka (pengunjung) sudah pada mabuk, itu sangat berisiko. Takutnya putus tengah jalan, tidak mencapai tager. Karena operasi yustisi ada sendiri," kelit Joko. 

No comments:

Post a Comment